Dua Tetes Minyak
by
Wahy
- 12:23 AM
Dahulu kala, seorang pemilik toko
menyuruh anaknya pergi mencari rahasia kebahagiaan dari orang paling bijaksana
di sunia. Anak itu melintasi padang
pasri selama empat puluh hari, dan akhirnya tiba di sebuah kastil yang indah,
jauh, tinggi di puncak gunung. Di sanalah orang bijak itu tinggal.
Namun
ketika dia memasuki aula kastil itu, si anak muda bukannya menemukan orang
bijak tersebut, melainkan melihat kesibukan besar di dalamnya: para pedagang
berlalu-lalang, orang orang bercakap-cakap di sudut-sudut, ada orkestra kecil
sedang memainkan musik lebut, dan ada meja yang penuh dengan piring-piring
berisi makanan-makanan paling enak di belahan duni tersebut. Si orang bijak
berbicara dengan setiap orang, dan anak muda itu harus menunggu selama dua jam.
Setelah itu, barulah tiba gilirannya.
Si
orang bijak mendengarkan dengan seksama saat anak muda itu menjelaskan maksud
kedatangannya, namun si orang bijak mengatakan sedang tidak punya waktu untuk
menjelaskan rahasia kebahagiaan. Dia menyarankan anak muda itu melihat-lihat
sekeliling istana, dan kembali ke sini dua jam lagi.
“Sementara
itu aku punya tugas untukmu,” kata si orang bijak. Diberikannya pada si anak
muda sendok teh berisi dua tetes minyak. “Sambil kau berjalan-jalan, bawa
sendok ini, tapi jangan sampai minyaknya tumpah.
Anak
muda itu pun mulai berkeliling-keliling naik turun sekian banyak tangga istana,
sambil matanya tertuju pada sendok yang
dibawanya. Setelah dua jam, dia kembali ke ruangan tempat orang bijak itu
berada.
“Nah,”
kata si orang bijak, “Apakah kau melihat tapestri-tapestri Persia yang
tergantung di ruangan makanku? Bagaimana dengan taman hasil karya ahli taman
yang menghabiskan sepuluh tahun untuk menciptakannya? Apa kau juga melihat
perkamen-perkamen indah di perpustakaanku?”
Anak
muda itu merasa malu. Dia mengakui bahwa dia tidak sempat melihat apa-apa. Dia
terlalu terfokus pada usaha menjaga minyak di sendok itu supaya tidak tumpah.
“Kalau
begitu, pergilah lagi berjalan-jalan, dan nikmatilah keindahan-keindahan
istanaku,” kata si orang bijak. “Tak mungkin kau bisa mempercayai seseorang,
kalau kau tidak mengenal rumahnya.”
Merasa
lega, anak muda itu mengambil sendoknya dan kembali menjelajahi istana
tersebut, kali ini dia mengamati semua karya seni di langit-langit dan tembok-tembok.
Dia menikmati taman-taman, gunung-gunung di sekelilingnya, keindahan
bunga-bunga, serta cita rasa yang terpancar dari segala sesuatu di sana. Ketika
kembali menghadap orang bijak itu, dieritakannya dengan mendetail segala
pemandangan yang telah dilihatnya.
“Tapi
dimana tetes-tetes minyak yang kupercayakan padamu itu?” tanya si orang bijak. Si
anak muda memandang sendok di tangannya, dan menyadari dua tetes minyak itu
sudah tidak ada.
“Nah,
hanya itu nasihat yang bisa kuberikan untukmu,” kata orang paling bijak itu. “Rahasia kebahagiaan adalah menikmati segala hal menakjubkan di dunia ini,
tanpa pernah melupakan tetes-tetes air di sendokmu.”
Dikutip dari buku The Alchemist karangan Paulo Coelho.